Santatheresiadepok.sch.id – Sekolah Santa Theresia Depok memulai pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas pada Senin (11/10), menghadirkan kembali suasana sekolah secara nyata, setelah lebih dari dua semester, sejak Maret 2020, seluruh sekolah tidak melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah.
Pandemi Covid-19 menghentikan semua kegiatan manusia, terutama kegiatan di luar rumah. Pemerintah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat, PPKM Mikro, demi memutus mata rantai penyebaran virus corona.
Seiring dengan membaiknya situasi, berkurangnya kasus terinfeksi covid pasca program vaksinasi, hari Senin (11/10) sekolah-sekolah pada umumnya memulai PTM terbatas, termasuk PG/TK, SD, SMP Santa Theresia Depok. Seluruh guru dan tenaga pendidik, karyawan, berikut jajaran dewan pengurus Yayasan Yohanes Paulus Depok yang menaungi sekolah Santa Theresia Depok, hadir di sekolah sejak dini hari, menyambut anak didiknya di hari pertama penerapan PTM Terbatas ini.
Tampak para Pengurus Yayasan dan organ yayasan yang lain, berdiri di pintu gerbang sekolah, menyambut dan menyapa para siswa. Siswa TK disambut dan diantar guru-gurunya hingga masuk ruang kelas, tentu setelah melakukan pemeriksaan suhu, mencuci tangan, juga penyemprotan disinfektan.
Dalam suasana ceria, siswa-siswa sekolah Santa Theresia Depok memasuki kompleks sekolah mereka, masuk ke ruang kelas, berinteraksi dengan guru-guru, meski sambil beradaptasi dengan kebiasaan yang baru.
Harvey dan Joy, murid TK B Santa Theresia Depok, mengaku senang bisa ke sekolah, bertemu guru dan teman-teman. Harvey mengaku tidak senang, tidak bisa keluar dari rumah karena masih ada virus corona. Demikian juga Yose, siswa SD Santa Theresia Depok, pun mengekspresikan keceriaan hati, bisa bertemu teman-teman sekelas dan guru di ruang kelas. Lionil Yohansen Radi Silalahi, siswa kelas 1 SMP Santa Theresia Depok juga mengaku gembira dan senang bisa bertemu teman-teman, belajar bersama lagi, setelah dipaksa menikmati pembelajaran di rumah sangat lama.
“Hari ini (kemarin-red) bersyukur diberi kesehatan, ke depan mudah-mudahan covid mereda, sekolah normal seperti dulu, dan anak-anak terawasi selama di kelas,” ujar ibu dari Onil (Lionil) saat diwawancara ketika menjemput putranya.
Ibunda Onil pun jujur mengatakan selama di rumah putranya kurang fokus belajar, apalagi pembelajaran via zoom sulit dipantau oleh guru. Akibatnya, banyak tugas-tugas dari guru yang tidak dikerjakan Onil. “Kami orang tua juga tidak bisa handle dan pantau karena sibuk kerja,” ujar ibunda Onil.
Terdepan
Sementara itu, Yohanes Geeno, orangtua Luiz Martino, siswa kelas 1 SD Santa Theresia Depok, justru sangat mengagumi model pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang diterapkan oleh sekolah Santa Theresia Depok, apalagi perhatian dan totalitas guru begitu tampak dalam berinteraksi dengan siswa melalui zoom.
“Anak saya semangat sekolah meski via zoom dan aktif seperti teman-temannya yang lain. Tetap berseragam rapi, mengerjakan tugas-tugas, dan hadir terus tiap hari dari Senin hingga Jumat,” ujar Yohanes saat diwawancara tim media. Yohanes menandaskan Sekolah Santa Theresia Depok termasuk yang terdepan untuk masa PJJ lebih dari dua semester ini.
Kepala Sekolah SD Santa Theresia Depok, Seconingsih Kristiana, M.Pd mengatakan pihaknya menerapkan PJJ (daring) melalui aplikasi Whatsapp, videocall, zoom meet, dan melalui tayangan TVRI, serta pembelajaran luring dengan pemberian penugasan-penugasan melalui lembar kerja siswa dan dari buku pelajaran yang digunakan sebagai pegangan guru dan peserta didik.
Banyak suka duka yang dialami para guru, masih minimnya pengetahuan tentang IT tapi diwajibkan untuk mengerti IT, dituntut untuk membuat video pembelajaran, membuat penilaian melalui gawai yang bukan suatu kebiasaan. Begitu juga dengan para peserta didik, mereka mau tidak mau, harus memiliki perangkat pembelajaran berupa gaway dan laptop.
Kepala Sekolah SMP Santa Theresia Depok, Clara Siwi Lestari, S.Pd, mengatakan para guru banyak menggunakan media pembelajaran (video, power point, rekam layar gunakan zoom meeting, google meeting, google classroom, google form untuk ulangan-ulangan).
“Saat pembelajaran via zoom, guru mengajak diskusi dengan siswa, tanya jawab dan lainnya. Intinya meski PJJ, siswa tetap belajar sebaik-baiknya, guru ke sekolah pun ketat dengan protokol kesehatan. Hanya saja, siswa-siswa kadang merasa jenuh saat zoom, tapi karena guru-guru sangat tangguh maka banyak kendala dapat teratasi, intinya kita pentingkan kebutuhan anak didik kita,” jelas Clara.
Kepala Sekolah PG/TK Santa Theresia Depok, Yomima Evarista B, S.Pd, mengatakaan saat ini TK menampung 77 anak didik dan pembelajaran berjalan normal secara daring (via zoom) selama masa pandemi Covid-19 ini.
“Guru-guru aktif dan kreatif membuat video pembelajaran, interaksi via zoom, belajar bersama anak tentang membaca, menulis, berhitung (Calistung) diselingi kegiatan-kegiatan bermain.
“Anak TK besar fokus pada Calistung, sementara TK kecil fokus pada pengembangan motorik halus seperti meniru huruf, membuat gambar, dan membuat angka. Bersama suster, anak TK juga diberi pendalaman iman Katolik, sehari dalam seminggu, biasanya di hari Jumat,” urai Yomima.***