Santatheresiadepok.sch.id – Mengawali tahun ajaran baru, sekolah-sekolah Katolik mengadakan Misa Syukur Awal Tahun Pelajaran 2025/2026 sebagai wujud ungkapan syukur dan doa bersama agar proses belajar-mengajar berjalan dengan lancar dan penuh berkat.
Dalam suasana yang khidmat, siswa, guru, dan staf berkumpul untuk mengikuti misa yang dipimpin oleh Pastor atau Romo.
Pastor/Romo mengajak seluruh warga sekolah untuk mengawali tahun pelajaran dengan semangat, ketekunan, dan keterbukaan hati terhadap pembelajaran serta nilai-nilai iman.
Misa ini juga menjadi momen refleksi rohani sekaligus penyemangat bagi para siswa untuk lebih berkomitmen dalam menimba ilmu dan membangun karakter yang baik sesuai ajaran Kristiani.
Dalam homili pada Misa Awal Tahun Pengajaran di Sekolah Santa Theresia Depok pada Jumat (1/8/25), Romo (RD) Dismas Aditya–Pastor Vikaris Paroki Santo Herkulanus Depok–mengungkapkan fenomena orang yang baru dibaptis menjadi Katolik, yang ternyata kecewa karena tidak menemukan segala yang diharapkan.
“Ada orang dibaptis menjadi Katolik, berharap hidupnya lebih mantap, imannya lebih kuat, namun kecewa karena merasa tidak diterima oleh orang-orang sekitar di gereja.
“Orang ini bahkan kecewa pada Romo. Ingat, anda beriman untuk siapa? Kepada siapa? Bukan kepada Romo, suster, atau orang-orang di sekitar.
“Dalam hidup kita kerap kali terbawa oleh orang-orang di sekitar kita. Yang paling penting itu kepada siapa kita beriman,” tutur Romo Dismas.
Dalam ajaran iman Katolik, umat Katolik, berikut siswa Katolik, kepada Allah Tritunggal–Allah Bapa (Pencipta), Yesus Kristus (Putra Allah, Juru Selamat), Roh Kudus (yang membimbing dan menguatkan umat beriman).
Dan dalam kehidupan sehari-hari, siswa Katolik diajarkan untuk percaya, berdoa, dan berserah kepada Allah melalui Yesus Kristus, serta hidup sesuai ajaran Injil dan bimbingan Gereja.
Sementara Romo atau pastor adalah pemimpin rohani yang membantu umat dalam memahami, merayakan, dan hidup dalam iman Katolik—bukan objek iman itu sendiri.
Romo berperan sebagai pelayan sakramen, pengajar iman, dan pembimbing umat, bukan sebagai pihak yang disembah atau diimani. Jadi, siswa Katolik menghormati Romo, tetapi beriman hanya kepada Allah.
Sementara itu, hubungan antara sekolah Katolik dan pastor (romo) bersifat erat dan saling mendukung, karena keduanya memiliki misi yang sama: mendidik siswa dalam iman Katolik serta membentuk karakter Kristiani.
Misa awal tahun pelajaran juga mengingatkan semua pihak akan tanggung jawab mereka dalam mendidik dan mendampingi anak-anak, serta pentingnya menjaga lingkungan sekolah yang harmonis dan penuh cinta kasih.*

